www.fokustempo.id – Hujan deras yang disertai angin kencang baru-baru ini memberikan dampak yang signifikan terhadap tanaman tembakau di kawasan Bondowoso. Banyak lahan yang terendam air, menyebabkan tanaman miring dan bahkan roboh, yang berpotensi merusak pertumbuhan mereka secara keseluruhan.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Bondowoso, Yasid, menjelaskan bahwa kondisi ini menghambat proses fotosintesis di tanaman. Tanaman yang roboh saling tindih dan tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik, sehingga kehidupan tanaman terancam.
Kondisi cuaca yang ekstrem ini juga berimbas pada kualitas daun tembakau. Kelembapan yang tinggi menyebabkan kadar nitrogen dalam tanaman meningkat, yang berujung pada rasa pahit dan aroma yang tidak muncul dengan baik.
Dampak Cuaca Ekstrem Terhadap Kualitas Tembakau Lokal
Menurut Yasid, aroma adalah salah satu parameter utama dalam menentukan harga tembakau. Selain aroma, warna dan tekstur juga menjadi faktor penting, dan semuanya turut terpengaruh oleh kondisi cuaca saat ini.
Dengan ketiga parameter tersebut terpengaruh, harga tembakau pun mengalami penurunan yang drastis. Harga daun bawah saat ini berkisar antara Rp38 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun lalu, harga daun bawah masih mencapai Rp50 ribu hingga Rp55 ribu, sedangkan daun tengah hingga atas dapat dijual seharga Rp70 ribu hingga Rp75 ribu. Hal ini menunjukkan betapa parahnya dampak yang dirasakan petani tembakau.
Potensi Penurunan Produktivitas Tembakau di Masa Depan
Yasid juga mengungkapkan bahwa kualitas tembakau tidak hanya terancam dari segi harga, tetapi juga dari produktivitas. Untuk varietas Maesan 1 yang ditanam di lahan sawah, biasanya dapat menghasilkan antara 1,2 hingga 1,5 ton per hektar.
Namun, dengan kondisi cuaca yang tidak mendukung dan beberapa faktor agronomi yang rendah, Yasid memperkirakan produktivitas bisa merosot. Di tanah tegal atau pegunungan, produksi biasanya berkisar antara 8 kwintal hingga 1 ton per hektar.
Dalam kondisi saat ini, produktivitas mungkin hanya akan mencapai 1 hingga 1,2 ton di lahan sawah dan 7 hingga 8 kwintal di tanah tegal. Ini jelas menjadi masalah serius bagi petani yang bergantung pada hasil pertanian mereka.
Proyeksi Ke depan dan Harapan untuk Para Petani Tembakau
Dampak dari tanaman yang ambruk bisa dilihat dalam hitungan hari. Yasid menekankan bahwa jika hujan terus berlanjut, kualitas tembakau akan semakin menurun. Hal ini membuat petani terancam hanya mencapai titik impas bahkan mengalami kerugian.
Para petani berharapan agar kondisi cuaca segera membaik. Jika tidak, mereka mungkin harus memikirkan strategi baru untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tembakau mereka di masa depan.
Saat ini, semua mata tertuju pada situasi cuaca yang tidak menentu. Jika ada perubahan positif, peluang untuk pemulihan bisa terbuka lebar bagi petani tembakau yang telah berjuang keras di tengah tantangan ini.