Malang – Seorang anggota DPR RI dengan peran penting dalam organisasi politik, Dr. Ahmad Basarah, SH, MH, baru-baru ini melaksanakan ibadah kurban dengan menyembelih 4 ekor sapi dan 5 ekor kambing pada perayaan Iduladha 1446 Hijriah. Hewan kurban tersebut disalurkan ke berbagai lembaga di wilayah Malang Raya, menunjukkan komitmennya untuk berbagi dan berkontribusi pada masyarakat.
Pengurusan hewan kurban dilakukan secara terencana, di mana sapi kurban Basarah terdiri dari beberapa jenis, antara lain satu ekor jenis Simental, satu ekor Limonsin, satu ekor Pegon, dan satu ekor Brangus. Masing-masing sapi ini disalurkan melalui DPC PDI Perjuangan di Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu, serta PCNU Kabupaten Malang. Bobot sapi yang disembelih berkisar antara 800 hingga 900 kilogram, dengan total hampir mencapai satu ton.
Basarah menekankan bahwa perayaan Iduladha seharusnya tidak hanya dilihat sebagai tradisi, tetapi sebagai waktu untuk refleksi dan penghayatan spiritual. “Iduladha bukan sekadar merayakan, tetapi momen untuk mendalami makna pengorbanan yang diajarkan dalam ajaran Islam,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ibadah qurban memiliki nilai taqarrub, yang berarti mendekatkan diri kepada Allah. Dalam konteks sosial, qurban memperkuat hubungan antar individu dalam masyarakat, menjadikan yang semula tidak dekat menjadi lebih erat. Hal ini menunjukkan bahwa qurban bukan hanya sekadar ritual, tetapi sebuah metode untuk membangun kedekatan dan kepedulian terhadap sesama.
Pentingnya Refleksi Spiritual di Hari Besar
Pada hari Iduladha, umat Islam di seluruh dunia mengingat kembali nilai-nilai pengorbanan selama masa Nabi Ibrahim AS, yang menjadi simbol ketaatan dan keyakinan. “Saat kita melakukan kurban, kita mengingat bagaimana Nabi Ibrahim rela mengorbankan putranya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah,” ungkap Basarah. Ini menjadi pengingat bahwa pengorbanan terkadang memerlukan keberanian dan ketulusan yang mendalam.
Basarah juga berpendapat bahwa kurban harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Nilai kurban bisa diterapkan dalam beragam aspek, mulai dari berkorban untuk keluarga, masyarakat, hingga negara,” tambahnya. Perjuangan para pendiri bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan juga merupakan bentuk pengorbanan yang signifikan, yang seharusnya menjadi teladan bagi generasi masa kini.
Meneladani Pengorbanan Para Pendahulu
Sikap pengorbanan yang ditunjukkan oleh para pendiri bangsa seharusnya menjadi contoh bagi kita semua. Basarah menjelaskan bahwa setiap individu harus menghargai pengorbanan yang telah dilakukan generasi sebelumnya. “Kita mesti memahami bahwa kemerdekaan yang kita rasakan hari ini adalah hasil dari pengorbanan mereka,” tegasnya.
Dengan mengingat sejarah, kita diajak untuk tidak hanya melanjutkan cita-cita para pendahulu, tetapi juga meneladani kearifan mereka. “Bangsa yang baik adalah yang ingat akan sejarah dan mengaplikasikan pengajaran dari masa lalu dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya. Menurutnya, menjaga semangat juang dari generasi sebelumnya adalah wujud nyata dari pengorbanan yang sesungguhnya.
Dengan demikian, saat kita melaksanakan kurban dan merayakan Iduladha, kita tidak hanya melaksanakannya sebagai ibadah, tetapi juga sebagai momen untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan. Ini adalah panggilan kita untuk mendekatkan diri kepada sesama dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
Malang – Seorang anggota DPR RI dengan peran penting dalam organisasi politik, Dr. Ahmad Basarah, SH, MH, baru-baru ini melaksanakan ibadah kurban dengan menyembelih 4 ekor sapi dan 5 ekor kambing pada perayaan Iduladha 1446 Hijriah. Hewan kurban tersebut disalurkan ke berbagai lembaga di wilayah Malang Raya, menunjukkan komitmennya untuk berbagi dan berkontribusi pada masyarakat.
Pengurusan hewan kurban dilakukan secara terencana, di mana sapi kurban Basarah terdiri dari beberapa jenis, antara lain satu ekor jenis Simental, satu ekor Limonsin, satu ekor Pegon, dan satu ekor Brangus. Masing-masing sapi ini disalurkan melalui DPC PDI Perjuangan di Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu, serta PCNU Kabupaten Malang. Bobot sapi yang disembelih berkisar antara 800 hingga 900 kilogram, dengan total hampir mencapai satu ton.
Basarah menekankan bahwa perayaan Iduladha seharusnya tidak hanya dilihat sebagai tradisi, tetapi sebagai waktu untuk refleksi dan penghayatan spiritual. “Iduladha bukan sekadar merayakan, tetapi momen untuk mendalami makna pengorbanan yang diajarkan dalam ajaran Islam,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ibadah qurban memiliki nilai taqarrub, yang berarti mendekatkan diri kepada Allah. Dalam konteks sosial, qurban memperkuat hubungan antar individu dalam masyarakat, menjadikan yang semula tidak dekat menjadi lebih erat. Hal ini menunjukkan bahwa qurban bukan hanya sekadar ritual, tetapi sebuah metode untuk membangun kedekatan dan kepedulian terhadap sesama.
Pentingnya Refleksi Spiritual di Hari Besar
Pada hari Iduladha, umat Islam di seluruh dunia mengingat kembali nilai-nilai pengorbanan selama masa Nabi Ibrahim AS, yang menjadi simbol ketaatan dan keyakinan. “Saat kita melakukan kurban, kita mengingat bagaimana Nabi Ibrahim rela mengorbankan putranya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah,” ungkap Basarah. Ini menjadi pengingat bahwa pengorbanan terkadang memerlukan keberanian dan ketulusan yang mendalam.
Basarah juga berpendapat bahwa kurban harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Nilai kurban bisa diterapkan dalam beragam aspek, mulai dari berkorban untuk keluarga, masyarakat, hingga negara,” tambahnya. Perjuangan para pendiri bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan juga merupakan bentuk pengorbanan yang signifikan, yang seharusnya menjadi teladan bagi generasi masa kini.
Meneladani Pengorbanan Para Pendahulu
Sikap pengorbanan yang ditunjukkan oleh para pendiri bangsa seharusnya menjadi contoh bagi kita semua. Basarah menjelaskan bahwa setiap individu harus menghargai pengorbanan yang telah dilakukan generasi sebelumnya. “Kita mesti memahami bahwa kemerdekaan yang kita rasakan hari ini adalah hasil dari pengorbanan mereka,” tegasnya.
Dengan mengingat sejarah, kita diajak untuk tidak hanya melanjutkan cita-cita para pendahulu, tetapi juga meneladani kearifan mereka. “Bangsa yang baik adalah yang ingat akan sejarah dan mengaplikasikan pengajaran dari masa lalu dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya. Menurutnya, menjaga semangat juang dari generasi sebelumnya adalah wujud nyata dari pengorbanan yang sesungguhnya.
Dengan demikian, saat kita melaksanakan kurban dan merayakan Iduladha, kita tidak hanya melaksanakannya sebagai ibadah, tetapi juga sebagai momen untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan. Ini adalah panggilan kita untuk mendekatkan diri kepada sesama dan berkontribusi positif dalam masyarakat.