Hari itu, angka di papan skor tak menjadi fokus utama. Di dua stadion besar, Gelora Bung Tomo dan Anfield, keduanya telah memastikan posisi mereka di klasemen. Bahkan hasil terburuk di akhir musim 2024-25 tak akan mengubah status Persebaya dan Liverpool.
Para penggemar dari masing-masing klub lebih mementingkan perayaan di dalam stadion, meski maknanya berbeda.
Perayaan di Anfield: Sejarah dan Emosi
Fans Liverpool tak sabar menyaksikan momen bersejarah ketika Virgil van Dijk mengangkat trofi kedua puluh Liga Inggris, yang menandakan klub ini sebagai yang tersukses di Inggris.
Ketika Crystal Palace mencetak gol pertama ke gawang Alisson Becker, teriakan ‘Champions!’ dari tribun penggemar semakin memekakkan telinga. Ini adalah musim yang tak akan terlupakan, yang mengukir berbagai prestasi, dari Arne Slot yang merebut gelar di musim perdananya hingga Mohamed Salah yang menjadi pencetak gol dan assist terbanyak.
Trent-Alexander Arnold pun meraih perhatian ketika mendapatkan aplaus hangat setelah sebelumnya menghadapi kritik keras karena keputusannya pindah ke klub lain tanpa biaya transfer. Tak ketinggalan, Nenek Peggy yang merayakan ulang tahun ke-92 di Anfield menjadi bagian dari momen bahagia ini saat Andrew Robertson mendekatinya sambil membawa trofi. Hari bersejarah yang tertulis indah di Anfield pada tanggal 25 Mei 2025.
Keberangkatan Sang Kapten di Gelora Bung Tomo
Di sisi lain stadion, bagi 25.523 penonton di Gelora Bung Tomo, pertandingan melawan Bali United hanya menjadi momen perpisahan dengan Muhammad Hidayat, kapten yang telah mengabdi selama sewindu.
Di tribune, para penggemar membentangkan spanduk dengan nomor punggung Hidayat dan menyalakan cerawat sambil menyanyikan lagu kebanggaan. Memulai kariernya di Liga 2 pada tahun 2017, Hidayat mengalami berbagai rintangan dalam perjalanannya.
Dalam 161 pertandingan resmi, pemain kelahiran Bontang ini terpaksa melewatkan sebagian besar musim 2024-25 karena cedera. Padahal, pertandingan terakhirnya melawan Bali United adalah saat ia kembali bermain setelah lama absen. Pelatih memberi kesempatan selama 30 menit sebelum digantikan seorang pemain yunior, simbol peralihan estafet antara generasi.
“Saatnya berpisah, namun mereka selalu ada di hati,” ucap Hidayat mengingat penggemar setianya.
Sayangnya, hasil pertandingan Persebaya melawan Bali United terasa kurang mengenakkan, kontras dengan sorak sorai Liverpool. Setiap gol yang dicetak oleh lawan seperti menambah derita bagi menyaksikan tim kehilangan momentum sejak menit awal.
Dua gol cepat dari Bali United terjadi akibat kesalahan posisi pertahanan Persebaya. Dalam waktu singkat, Irfan Jaya dan Rahmat Arjuna berhasil menjebol gawang tim tuan rumah, membuat suasana semakin panik dan gelisah. Meski Francisco Rivera sempat memperkecil jarak, harapan akan comeback sirna setelah gol ketiga dari Boris Kopitovic.
Dengan hasil akhir yang membuat Persebaya berada di peringkat keempat dengan 15 kemenangan, mereka harus merenungkan strategi yang akan diambil musim depan. Angka-angka mencolok seperti 41 gol dalam 34 pertandingan menandakan kinerja tim yang perlu dievaluasi lebih mendalam.
Dengan hanya 56 poin yang terpaut jauh dari posisi pertama, pertanyaan besar menggantung di benak setiap pencinta sepak bola di Surabaya: kapan Persebaya kembali meraih kejayaan? [wir]