www.fokustempo.id – Menjelang tahun ajaran baru yang akan dimulai pada 2025/2026, sejumlah penjahit di wilayah Pacitan menghadapi lonjakan pesanan untuk pembuatan seragam sekolah. Salah satu penjahit yang mengalami situasi ini adalah Supriyanto, pemilik Prima Tailor, yang terletak di Jalan Gatot Subroto, dekat Pasar Minulyo, Kelurahan Baleharjo.
Dalam dua minggu terakhir, Supriyanto mengaku telah fokus pada penyelesaian puluhan paket seragam sekolah, meliputi berbagai jenjang mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya momen ini bagi keberlangsungan usaha menjahit di tengah perubahan kebijakan pendidikan.
Namun, meskipun pesanan meningkat, kenyataannya jumlah pemesanan tahun ini lebih sedikit dibandingkan beberapa tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh kebijakan baru dari sekolah yang mengizinkan siswa untuk membeli seragam dari luar, sambil tetap mempertahankan seragam khusus seperti batik sebagai identitas sekolah.
“Dulu saya sampai kewalahan dengan banyaknya pesanan, tetapi sekarang paling hanya puluhan,” ungkap Supriyanto. Banyak orang tua yang memilih untuk membeli seragam siap pakai di toko, dengan seragam batik sekolah yang biasanya menjadi satu-satunya yang dijahit.
Meski pasar seragam tidak sepadat tahun-tahun sebelumnya, musim ajaran baru tetap menjadi momen penting bagi Supriyanto untuk meningkatkan pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan seragam sekolah tetap ada, meskipun ada pergeseran dalam cara pembelian.
Perubahan Kebijakan Sekolah dan Dampaknya Terhadap Usaha Penjahit
Kebijakan sekolah yang baru ternyata membawa dampak signifikan terhadap para penjahit di Pacitan. Dengan adanya kebebasan bagi siswa untuk membeli seragam dari luar, permintaan untuk pembuatan seragam secara custom menurun drastis.
Supriyanto menjelaskan bahwa hal ini membuatnya harus beradaptasi dan mencari cara baru untuk menarik pelanggan. Ia berusaha memberikan layanan yang lebih baik dan menjelaskan keunggulan dari seragam yang dijahit secara custom dibandingkan yang siap pakai.
Dengan memanfaatkan momen menjelang tahun ajaran baru, Supriyanto tetap optimis bahwa bisnisnya bisa bertahan. Ia tidak hanya fokus pada pembuatan seragam, tetapi juga menawarkan layanan tambahan seperti perbaikan pakaian dan modifikasi untuk menarik lebih banyak pelanggan.
Peluang dan Tantangan bagi Penjahit di Era Modern
Pergeseran dalam pola pembelian seragam sekolah juga memberikan tantangan baru bagi para penjahit. Munculnya brand-brand besar yang menjual seragam dengan harga wajar membuat persaingan semakin ketat.
Supriyanto mengakui bahwa untuk tetap bersaing, ia harus menawarkan sesuatu yang unik dan bernilai. Ia mulai menawarkan desain yang dapat disesuaikan dengan selera masing-masing siswa, serta melakukan promosi melalui media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Meskipun ada tantangan, Supriyanto melihat peluang dalam mengedukasi masyarakat tentang keuntungan menggunakan jasa penjahit lokal. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya mendapatkan produk yang sesuai dengan ukuran dan desain impian, tetapi juga mendukung usaha lokal.
Strategi untuk Menarik Pelanggan dalam Bisnis Menjahit
Agar menarik lebih banyak pelanggan, Supriyanto merencanakan beberapa strategi pemasaran. Salah satunya adalah memberikan potongan harga khusus bagi pelanggan yang melakukan pemesanan dalam jumlah besar, seperti untuk kelompok kelas.
Selain itu, ia juga aktif berinteraksi di media sosial untuk menunjukkan proses pembuatan seragam dan hasil jadi kepada calon pelanggan. Dengan cara ini, diharapkan masyarakat lebih mengenal produk yang ditawarkan dan melakukan pemesanan secara rutin.
Inovasi dalam desain dan penggunaan bahan yang berkualitas juga menjadi perhatian Supriyanto. Dengan menghadirkan varian produk yang lebih beragam, ia berharap bisa menarik minat lebih banyak calon pembeli, terutama di kalangan orang tua yang menginginkan kualitas terbaik untuk anak-anak mereka.
Dengan strategi yang matang dan pemahaman akan kebutuhan pasar, Supriyanto optimis akan perkembangan usaha Prima Tailor di masa mendatang. Hanya dengan langkah-langkah tepat, bisnis jahit ini diharapkan tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Perubahan dalam pola pembelian seragam memang menjadi tantangan tersendiri, tetapi jika dikelola dengan baik, peluang yang ada pun bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan usaha. Supriyanto dan para penjahit lainnya di Pacitan perlu terus berinovasi agar tetap relevan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.