Magetan (beritajatim.com) – Insiden meninggalnya seorang petani dari Desa Rejomulyo yang tersengat jebakan tikus beraliran listrik mengangkat perhatian banyak pihak. Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan setempat, Uswatul Chasanah, menyampaikan keprihatinannya dan menegaskan pentingnya tindakan pencegahan yang lebih efektif.
Sebagai langkah awal, imbauan tentang bahaya penggunaan listrik sebagai alat pengendali hama telah disampaikan kepada para petani. Namun, sepertinya banyak dari mereka masih mengabaikan risiko yang ada. Penggunaan jebakan seperti ini menandakan kebutuhan mendesak akan solusi yang lebih aman dan efisien di lapangan.
Kesadaran dan Tindakan yang Diperlukan untuk Keamanan Petani
Pihak Dinas telah berusaha melakukan edukasi kepada petani mengenai pengendalian hama, termasuk melalui metode seperti pendirian rumah burung hantu. Namun, upaya ini belum cukup memadai mengingat minimnya efektivitas yang terlihat. Ketidakpuasan terhadap pendekatan yang digunakan menggarisbawahi perlunya inisiatif yang lebih inovatif.
Sebagai tambahan, Ketua Komisi B DPRD Magetan, Rita Haryati, menyoroti pentingnya langkah konkret untuk menghentikan penggunaan jebakan listrik ini. Menurutnya, regulasi yang tegas dan edukasi menyeluruh kepada masyarakat desa harus segera diprioritaskan. Melalui cara ini, petani diharapkan dapat lebih memahami pilihan yang lebih aman dalam menghadapi masalah hama.
Alternatif Ramah Lingkungan dan Teknologi Modern
Rita mengusulkan sejumlah solusi alternatif yang dapat diterapkan, seperti penggunaan repelan organik, perangkap mekanis otomatis, dan sistem yang berbasis sensor teknologi digital. Semua metode ini dirancang untuk menggantikan jebakan listrik yang berbahaya, yang sering kali dipilih karena keterbatasan pengetahuan dan akses terhadap teknologi yang lebih efektif.
Penting untuk dicatat bahwa penggunaan jebakan listrik bukanlah solusi jangka panjang, melainkan sebuah bentuk keputusasaan saat menghadapi masalah. Hal ini seharusnya menjadi panggilan untuk tindakan bagi semua pemangku kepentingan. Kejadian tragis ini mencerminkan kebutuhan untuk modernisasi pertanian yang bukan saja mendukung hasil panen yang optimal tetapi juga menjaga keselamatan serta kelestarian lingkungan.
Di samping regulasi, Rita juga menegaskan perlunya pelatihan dan penyediaan subsidi untuk alat pengendalian hama yang ramah lingkungan kepada kelompok tani. Dengan cara ini, ketergantungan terhadap metode yang berbahaya bisa diminimalisir, memberikan kesempatan bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mereka dalam bertani.
“Kami di DPRD berkomitmen untuk mendukung alokasi anggaran dan kebijakan yang berpihak pada keselamatan dan kesejahteraan petani. Pertanian merupakan pilar utama daerah, dan para petani adalah pahlawan pangan yang patut mendapatkan perlindungan. Sudah saatnya mereka diberikan kemudahan dalam menjalankan usaha pertanian mereka,” pungkasnya.