Malang – Di tengah persaingan yang ketat dalam dunia kerja, banyak pencari kerja muda yang berjuang untuk mendapatkan posisi yang mereka impikan. Namun, satu cerita menarik muncul dari Ahmad Fauzan, seorang pencari kerja berusia 49 tahun yang membuktikan bahwa semangat tak mengenal umur. Lantas, apakah dunia kerja hari ini masih memberikan kesempatan yang adil bagi mereka yang sudah berpengalaman tetapi tidak lagi berstatus ‘fresh graduate’?
Di acara Career Expo yang berlangsung di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya pada 24 Mei 2025, ribuan pelamar berkumpul, sebagian besar mengenakan pakaian seragam pencari kerja. Namun, di antara semua pelamar itu, sosok Ahmad Fauzan menarik perhatian. Ia berdiri di barisan pelamar yang umurnya bisa jadi setengah dari usianya.
“Saya resign tahun ini setelah bekerja sebagai kepala gudang. Saya datang ke Career Expo ini untuk mencari peluang baru, tetapi banyak lowongan diperuntukkan bagi fresh graduate,” ungkap Fauzan. Meskipun memiliki pengalaman bertahun-tahun di industri dan loyalitas yang patut dicontoh, semua itu seakan tidak cukup ketika perusahaan menetapkan batasan usia yang ketat.
Diskriminasi Usia dalam Pencarian Kerja
Career Expo bukan hanya ajang untuk mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan, tetapi juga menjadi refleksi nyata tentang isu diskriminasi usia di dunia kerja. Banyak lowongan kerja yang secara eksplisit mencantumkan batas maksimum usia pelamar, biasanya antara 25 hingga 30 tahun. Hal ini mengabaikan potensi dan pengalaman yang dimiliki oleh pencari kerja yang lebih senior.
“Saya yakin, jika diberikan kesempatan, orang seusia saya bisa jauh lebih siap dalam dunia kerja. Kami sudah terbiasa menghadapi tekanan dan tidak banyak drama,” tegas Fauzan. Dengan pandangan ini, ia berharap agar perusahaan mau mengubah paradigma, bahwa pengalaman merupakan aset berharga dan bukan justru dianggap sebagai beban. Buktinya, data dari panitia mencatat lebih dari 6.000 peserta mendaftar untuk mengikuti expo ini, menunjukkan komitmen dari pencari kerja.
Kesempatan dan Tantangan bagi Pekerja Berpengalaman
Direktur Direktorat Pengembangan Karier Universitas Brawijaya, Karuniawan Puji Wicaksono, menyampaikan bahwa tujuan dari acara ini tidak hanya semata-mata untuk rekrutmen, tetapi juga untuk mempromosikan karier serta pendidikan lanjutan. Meskipun demikian, mayoritas posisi yang ditawarkan berada di level entry yang mungkin tidak sesuai dengan kualifikasi banyak pencari kerja berpengalaman seperti Fauzan.
Berdasarkan pernyataan Rektor Universitas Brawijaya, terdapat harapan agar kegiatan ini bisa menjadi jembatan antara dunia akademis dan industri, dimana kedua belah pihak dapat saling mendukung. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, jika ribuan pelamar mendaftar dengan latar belakang yang beragam, mengapa banyak lowongan yang ditawarkan justru seragam dan tidak memberikan kesempatan lebih bagi pelamar berpengalaman?
Fauzan menyadari tantangan yang dihadapinya, mengakui tidak mudah bersaing dengan pelamar yang lebih muda. Namun, ia tetap percaya bahwa semangat dan pengalaman adalah nilai yang tidak dapat diukur dengan angka usia. “Jika dunia kerja hanya melihat umur, mereka sebenarnya kehilangan banyak potensi. Usia hanyalah angka, yang terpenting adalah semangat dan kemampuan untuk bertahan,” ujarnya.
Harapan Ahmad Fauzan dan mungkin banyak pencari kerja lain yang seusia dengannya adalah agar Career Expo di masa depan dapat lebih inklusif dan memberikan ruang bagi mereka yang memiliki pengalaman, bukan sekadar ladang panen bagi para lulusan baru.
Malang – Di tengah persaingan yang ketat dalam dunia kerja, banyak pencari kerja muda yang berjuang untuk mendapatkan posisi yang mereka impikan. Namun, satu cerita menarik muncul dari Ahmad Fauzan, seorang pencari kerja berusia 49 tahun yang membuktikan bahwa semangat tak mengenal umur. Lantas, apakah dunia kerja hari ini masih memberikan kesempatan yang adil bagi mereka yang sudah berpengalaman tetapi tidak lagi berstatus ‘fresh graduate’?
Di acara Career Expo yang berlangsung di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya pada 24 Mei 2025, ribuan pelamar berkumpul, sebagian besar mengenakan pakaian seragam pencari kerja. Namun, di antara semua pelamar itu, sosok Ahmad Fauzan menarik perhatian. Ia berdiri di barisan pelamar yang umurnya bisa jadi setengah dari usianya.
“Saya resign tahun ini setelah bekerja sebagai kepala gudang. Saya datang ke Career Expo ini untuk mencari peluang baru, tetapi banyak lowongan diperuntukkan bagi fresh graduate,” ungkap Fauzan. Meskipun memiliki pengalaman bertahun-tahun di industri dan loyalitas yang patut dicontoh, semua itu seakan tidak cukup ketika perusahaan menetapkan batasan usia yang ketat.
Diskriminasi Usia dalam Pencarian Kerja
Career Expo bukan hanya ajang untuk mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan, tetapi juga menjadi refleksi nyata tentang isu diskriminasi usia di dunia kerja. Banyak lowongan kerja yang secara eksplisit mencantumkan batas maksimum usia pelamar, biasanya antara 25 hingga 30 tahun. Hal ini mengabaikan potensi dan pengalaman yang dimiliki oleh pencari kerja yang lebih senior.
“Saya yakin, jika diberikan kesempatan, orang seusia saya bisa jauh lebih siap dalam dunia kerja. Kami sudah terbiasa menghadapi tekanan dan tidak banyak drama,” tegas Fauzan. Dengan pandangan ini, ia berharap agar perusahaan mau mengubah paradigma, bahwa pengalaman merupakan aset berharga dan bukan justru dianggap sebagai beban. Buktinya, data dari panitia mencatat lebih dari 6.000 peserta mendaftar untuk mengikuti expo ini, menunjukkan komitmen dari pencari kerja.
Kesempatan dan Tantangan bagi Pekerja Berpengalaman
Direktur Direktorat Pengembangan Karier Universitas Brawijaya, Karuniawan Puji Wicaksono, menyampaikan bahwa tujuan dari acara ini tidak hanya semata-mata untuk rekrutmen, tetapi juga untuk mempromosikan karier serta pendidikan lanjutan. Meskipun demikian, mayoritas posisi yang ditawarkan berada di level entry yang mungkin tidak sesuai dengan kualifikasi banyak pencari kerja berpengalaman seperti Fauzan.
Berdasarkan pernyataan Rektor Universitas Brawijaya, terdapat harapan agar kegiatan ini bisa menjadi jembatan antara dunia akademis dan industri, dimana kedua belah pihak dapat saling mendukung. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, jika ribuan pelamar mendaftar dengan latar belakang yang beragam, mengapa banyak lowongan yang ditawarkan justru seragam dan tidak memberikan kesempatan lebih bagi pelamar berpengalaman?
Fauzan menyadari tantangan yang dihadapinya, mengakui tidak mudah bersaing dengan pelamar yang lebih muda. Namun, ia tetap percaya bahwa semangat dan pengalaman adalah nilai yang tidak dapat diukur dengan angka usia. “Jika dunia kerja hanya melihat umur, mereka sebenarnya kehilangan banyak potensi. Usia hanyalah angka, yang terpenting adalah semangat dan kemampuan untuk bertahan,” ujarnya.
Harapan Ahmad Fauzan dan mungkin banyak pencari kerja lain yang seusia dengannya adalah agar Career Expo di masa depan dapat lebih inklusif dan memberikan ruang bagi mereka yang memiliki pengalaman, bukan sekadar ladang panen bagi para lulusan baru.