www.fokustempo.id – Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, baru-baru ini mengungkapkan bahwa beberapa negara telah menunjukkan minat untuk membeli beras dari para petani di Jawa Timur. Kunci keberhasilan ini terletak pada kedaulatan pangan yang harus dibangun dari para petani dan lahan pertanian lokal.
“Bukan tidak mungkin pada saatnya Jatim juga bisa mengekspor gula,” ungkap Khofifah saat menghadiri pelantikan DPC Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Lumajang. Pernyataan ini menggambarkan harapan dan ambisi dalam meningkatkan peran pertanian di daerah yang kaya akan sumber daya ini.
Optimisme Kedaulatan Pangan di Jawa Timur
Khofifah berharap agar DPD HKTI Jatim dan DPC HKTI se-Jatim dapat menjadi motor penggerak dalam mewujudkan kedaulatan pangan di provinsi ini. Melalui penguatan peran petani dan optimalisasi lahan pertanian, diharapkan hasil panen dapat meningkat secara signifikan.
Dengan luas baku sawah mencapai 1.207.997 hektare, rincian lahan irigasi dan nonirigasi menunjukkan bahwa Jatim berpotensi besar untuk menjadi penopang ketahanan pangan nasional. Rincian tersebut terdiri dari 719.598 hektare lahan irigasi (59,57 persen) serta 488.379 hektare lahan nonirigasi (40,43 persen).
“Luas ini menjadikan Jatim sebagai salah satu tulang punggung ketahanan pangan nasional,” lanjut Khofifah, yang merujuk pada data Badan Pusat Statistik yang mencatat luas panen padi di Jatim mencapai 1,616 juta hektare dengan produksi 9,270 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), setara dengan 5,352 juta ton beras. Angka ini setara dengan 17,44 persen dari total produksi padi nasional, menunjukkan potensi yang luar biasa.
Strategi dan Kolaborasi untuk Meningkatkan Produktivitas Pertanian
Pada periode Januari-April 2025, luas tanam padi di Jawa Timur telah mencapai 924.697 hektare. Dalam konteks ini, pemprov Jatim berkomitmen untuk mempercepat tanam guna memanfaatkan curah hujan yang masih tinggi. Target tanam padi pada bulan Mei adalah 233.896 hektare, dan hingga 23 Mei 2025, sudah tercapai 145.892 hektare, setara 62,37 persen.
Khofifah menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, organisasi tani seperti HKTI, dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian. “Dengan sinergi yang solid, saya yakin kita mampu mewujudkan kedaulatan pangan, sekaligus meningkatkan taraf hidup petani di Jawa Timur,” tegasnya.
Untuk mewujudkan kemandirian pangan, Khofifah mengajak seluruh anggota HKTI dan petani milenial untuk terlibat aktif. Dengan pendekatan inovatif, diharapkan sektor pertanian dapat tumbuh lebih pesat dan berkelanjutan.
“Kita harus terus memacu pertumbuhan sektor pertanian dan pedesaan di Jawa Timur melalui peningkatan kapasitas produksi, produktivitas, investasi, dan perbaikan infrastruktur,” tambahnya. Khofifah juga mendorong para petani muda untuk bersama-sama mewujudkan swasembada gula dengan cara menanam dan memanen tebu secara optimal.
Mengingat potensi hasil tebu yang tinggi di Jatim, di mana satu hektare bisa menghasilkan sekitar 20 ton gula, tidak ada alasan untuk tidak berusaha maksimal. “Artinya, apa yang dihasilkan di Jatim setara empat kali produksi rata-rata nasional,” ungkap Khofifah, menunjukkan potensi besar yang bisa dimanfaatkan oleh petani lokal.
Dengan dedikasi dan usaha yang serius, langkah-langkah produktif ini tidak hanya akan membawa manfaat bagi para petani, tetapi juga untuk masyarakat secara luas. Ini adalah kesempatan besar untuk memanfaatkan semua potensi yang ada dan mencapai swasembada gula nasional.
www.fokustempo.id – Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, baru-baru ini mengungkapkan bahwa beberapa negara telah menunjukkan minat untuk membeli beras dari para petani di Jawa Timur. Kunci keberhasilan ini terletak pada kedaulatan pangan yang harus dibangun dari para petani dan lahan pertanian lokal.
“Bukan tidak mungkin pada saatnya Jatim juga bisa mengekspor gula,” ungkap Khofifah saat menghadiri pelantikan DPC Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Lumajang. Pernyataan ini menggambarkan harapan dan ambisi dalam meningkatkan peran pertanian di daerah yang kaya akan sumber daya ini.
Optimisme Kedaulatan Pangan di Jawa Timur
Khofifah berharap agar DPD HKTI Jatim dan DPC HKTI se-Jatim dapat menjadi motor penggerak dalam mewujudkan kedaulatan pangan di provinsi ini. Melalui penguatan peran petani dan optimalisasi lahan pertanian, diharapkan hasil panen dapat meningkat secara signifikan.
Dengan luas baku sawah mencapai 1.207.997 hektare, rincian lahan irigasi dan nonirigasi menunjukkan bahwa Jatim berpotensi besar untuk menjadi penopang ketahanan pangan nasional. Rincian tersebut terdiri dari 719.598 hektare lahan irigasi (59,57 persen) serta 488.379 hektare lahan nonirigasi (40,43 persen).
“Luas ini menjadikan Jatim sebagai salah satu tulang punggung ketahanan pangan nasional,” lanjut Khofifah, yang merujuk pada data Badan Pusat Statistik yang mencatat luas panen padi di Jatim mencapai 1,616 juta hektare dengan produksi 9,270 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), setara dengan 5,352 juta ton beras. Angka ini setara dengan 17,44 persen dari total produksi padi nasional, menunjukkan potensi yang luar biasa.
Strategi dan Kolaborasi untuk Meningkatkan Produktivitas Pertanian
Pada periode Januari-April 2025, luas tanam padi di Jawa Timur telah mencapai 924.697 hektare. Dalam konteks ini, pemprov Jatim berkomitmen untuk mempercepat tanam guna memanfaatkan curah hujan yang masih tinggi. Target tanam padi pada bulan Mei adalah 233.896 hektare, dan hingga 23 Mei 2025, sudah tercapai 145.892 hektare, setara 62,37 persen.
Khofifah menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, organisasi tani seperti HKTI, dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian. “Dengan sinergi yang solid, saya yakin kita mampu mewujudkan kedaulatan pangan, sekaligus meningkatkan taraf hidup petani di Jawa Timur,” tegasnya.
Untuk mewujudkan kemandirian pangan, Khofifah mengajak seluruh anggota HKTI dan petani milenial untuk terlibat aktif. Dengan pendekatan inovatif, diharapkan sektor pertanian dapat tumbuh lebih pesat dan berkelanjutan.
“Kita harus terus memacu pertumbuhan sektor pertanian dan pedesaan di Jawa Timur melalui peningkatan kapasitas produksi, produktivitas, investasi, dan perbaikan infrastruktur,” tambahnya. Khofifah juga mendorong para petani muda untuk bersama-sama mewujudkan swasembada gula dengan cara menanam dan memanen tebu secara optimal.
Mengingat potensi hasil tebu yang tinggi di Jatim, di mana satu hektare bisa menghasilkan sekitar 20 ton gula, tidak ada alasan untuk tidak berusaha maksimal. “Artinya, apa yang dihasilkan di Jatim setara empat kali produksi rata-rata nasional,” ungkap Khofifah, menunjukkan potensi besar yang bisa dimanfaatkan oleh petani lokal.
Dengan dedikasi dan usaha yang serius, langkah-langkah produktif ini tidak hanya akan membawa manfaat bagi para petani, tetapi juga untuk masyarakat secara luas. Ini adalah kesempatan besar untuk memanfaatkan semua potensi yang ada dan mencapai swasembada gula nasional.