www.fokustempo.id – PT Freeport Indonesia (PTFI) baru-baru ini menjalin kesepakatan penting dengan PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania), yang merupakan anak perusahaan dari Hasyim S. Djojohadikusumo. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam dokumen Heads of Agreement (HoA) yang menggambarkan komitmen kedua belah pihak dalam penyediaan logam mulia, khususnya perak dan timbal.
Perjanjian ini menjadi langkah strategis untuk mendukung industri solder tin dalam negeri dan menciptakan nilai tambah bagi sumber daya alam Indonesia. PTFI, sebagai salah satu perusahaan smelter terkemuka, ingin memastikan bahwa logam hasil pemurniannya dapat dimanfaatkan secara optimal di pasar domestik.
Dengan penandatanganan kesepakatan ini, PTFI berkomitmen untuk menyuplai 10 ton perak dan 250 ton timbal setiap tahun kepada Stania. Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara industri untuk meningkatkan produksi logam mulia dan mendukung pengembangan sektor industri di Indonesia.
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan upaya serius untuk memenuhi permintaan dari industri lokal. Pihaknya berharap bahwa dengan berdasarkan kesepakatan ini, industri dalam negeri akan lebih aktif dalam menggunakan produk lokal.
Peran PTFI dalam Pengembangan Industri Logam Mulia
PTFI telah mendapatkan reputasi sebagai salah satu produsen logam mulia terbesar di tanah air. Pabrik Precious Metal Refinery (PMR) mereka memiliki kapasitas pemurnian yang signifikan, mampu memproduksi 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun. Ini merupakan indikator betapa pentingnya kontribusi mereka terhadap perekonomian nasional.
Keberadaan PMR di Indonesia tidak hanya meningkatkan nilai tambah bagi sumber daya mineral, tetapi juga menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. PTFI berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi, termasuk dalam sektor hilirisasi logam mulia.
Produksi logam mulia lainnya seperti platinum dan paladium juga menjadi fokus bagi PTFI, dengan jumlah masing-masing mencapai 30 kg dan 375 kg per tahun. Hal ini menunjukkan diversifikasi produk yang diusung oleh PTFI untuk melayani berbagai kebutuhan industri.
Peluang Kerja Sama dan Pengembangan Ekosistem Hilirisasi
Melalui kesepakatan dengan Stania, PTFI membuka peluang untuk kerja sama serupa dengan perusahaan lain, memperkuat ekosistem hilirisasi di Indonesia. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menyokong pengembangan industri kendaraan listrik (EV) dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya lokal.
Hasil dari kerjasama ini diharapkan tidak hanya menguntungkan pihak-pihak yang terlibat, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Kesepakatan ini menjadi perwujudan nyata dari komitmen bersama dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku logam.
Dalam jangka panjang, pengembangan ekosistem hilirisasi dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja di Indonesia. Ini akan menjadi langkah signifikan menuju kemandirian industri nasional.
Perspektif PT Stania dalam Kerja Sama Ini
Direktur PT Stania, Sudarno, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi ini untuk mendukung kemandirian industri nasional. Ia menekankan bahwa permintaan timbal yang tinggi adalah faktor pendorong bagi perusahaan untuk menjalin kerjasama dengan PTFI. Keberadaan timbal dan perak sebagai paduan dalam produksi solder tin sangat krusial.
Dengan memasok logam dari PTFI, Stania berharap dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan mengurangi ketergantungan pada produk impor. Sudarno menyatakan bahwa sinergi ini merupakan langkah konkret dalam memperkuat posisi bisnis Stania di pasar lokal.
Komitmen untuk menggunakan produk lokal dan pengadaan bahan baku domestik adalah langkah strategis yang harus diambil oleh semua pelaku industri. Hal ini tidak hanya membantu pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memberikan daya saing lebih bagi produk dalam negeri.