Kediri – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri melaporkan adanya pertumbuhan yang stabil dalam industri jasa keuangan di wilayahnya hingga Maret 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh kinerja positif sektor perbankan, perusahaan pembiayaan, pasar modal, serta lembaga keuangan non-bank, yang semuanya memiliki likuiditas dan permodalan yang kuat.
Pertumbuhan yang signifikan dalam sektor jasa keuangan ini tampak tidak hanya dari peningkatan kredit perbankan, tetapi juga dari meningkatnya penyaluran pembiayaan di perusahaan pembiayaan, kenaikan jumlah peserta asuransi, serta bertambahnya jumlah investor pasar modal yang terdaftar melalui Single Investor Identification (SID).
Pertumbuhan Sektor Perbankan
Sektor perbankan di wilayah OJK Kediri mencatatkan pertumbuhan kredit tahunan (YoY) sebesar 3,17 persen, dengan total mencapai Rp88,52 triliun pada Maret 2025. Penyaluran kredit ini didominasi oleh sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang menyetorkan kontribusi sebesar 61,34 persen dari total keseluruhan. Sejumlah sektor kunci yang menerima pembiayaan meliputi Perdagangan Besar dan Eceran (25,69 persen), sektor non-rumah tangga seperti kepemilikan properti dan kendaraan (23,33 persen), serta Industri Pengolahan (15,49 persen). Meskipun pertumbuhan meningkat, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (NPL) gross yang hanya sebesar 2,63 persen.
Di sisi lain, pengumpulan dana juga mengalami pertumbuhan yang menjanjikan. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 3,62 persen (YoY), mencapai total Rp103,81 triliun. Kontribusi utama berasal dari tabungan dan deposito, yang masing-masing menyumbang 64,09 persen dan 26,14 persen dari total DPK.
Perkembangan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non-Bank
Di sektor pasar modal, inklusi finansial menunjukkan kemajuan yang signifikan. Jumlah SID meningkat sebesar 15,54 persen (YoY), mencapai 415.459 pada Maret 2025. Instrumen reksadana tetap menjadi pilihan utama bagi banyak investor, dengan total 388.628 rekening. Pertumbuhan instrumen ini menunjukkan angka mencapai 13,42 persen, sementara Surat Berharga Negara (SBN) mengalami pertumbuhan 16,65 persen. Tak kalah menarik, saham, obligasi, dan sukuk korporasi juga melonjak sebesar 26,07 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Industri keuangan non-bank pun menunjukkan geliat yang positif. Nilai outstanding piutang dari perusahaan pembiayaan mencapai Rp7,01 triliun, naik 9,02 persen (YoY). Namun, kabar kurang baik muncul dari kenaikan rasio Non Performing Financing (NPF) gross menjadi 4,21 persen. Di sisi lain, piutang perusahaan modal ventura mengalami pertumbuhan lebih baik, yaitu naik 9,69 persen (YoY) menjadi Rp311,92 miliar, ditandai dengan perbaikan kualitas pembiayaan yang tercermin dari penurunan NPF gross dari 15,59 persen menjadi 4,30 persen.
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di wilayah OJK Kediri juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, dengan peningkatan aset sebesar 4,35 persen (YoY), mencapai Rp122,03 miliar. Pembiayaan oleh LKM juga mengalami kenaikan sebesar 2,99 persen (YoY) menjadi Rp80,59 miliar. Hingga bulan Maret 2025, terdapat 15 LKM aktif di wilayah ini, yang terdiri dari 11 LKM Konvensional dan 4 LKM Syariah (Bank Wakaf Mikro).
Kediri – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri melaporkan adanya pertumbuhan yang stabil dalam industri jasa keuangan di wilayahnya hingga Maret 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh kinerja positif sektor perbankan, perusahaan pembiayaan, pasar modal, serta lembaga keuangan non-bank, yang semuanya memiliki likuiditas dan permodalan yang kuat.
Pertumbuhan yang signifikan dalam sektor jasa keuangan ini tampak tidak hanya dari peningkatan kredit perbankan, tetapi juga dari meningkatnya penyaluran pembiayaan di perusahaan pembiayaan, kenaikan jumlah peserta asuransi, serta bertambahnya jumlah investor pasar modal yang terdaftar melalui Single Investor Identification (SID).
Pertumbuhan Sektor Perbankan
Sektor perbankan di wilayah OJK Kediri mencatatkan pertumbuhan kredit tahunan (YoY) sebesar 3,17 persen, dengan total mencapai Rp88,52 triliun pada Maret 2025. Penyaluran kredit ini didominasi oleh sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang menyetorkan kontribusi sebesar 61,34 persen dari total keseluruhan. Sejumlah sektor kunci yang menerima pembiayaan meliputi Perdagangan Besar dan Eceran (25,69 persen), sektor non-rumah tangga seperti kepemilikan properti dan kendaraan (23,33 persen), serta Industri Pengolahan (15,49 persen). Meskipun pertumbuhan meningkat, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (NPL) gross yang hanya sebesar 2,63 persen.
Di sisi lain, pengumpulan dana juga mengalami pertumbuhan yang menjanjikan. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 3,62 persen (YoY), mencapai total Rp103,81 triliun. Kontribusi utama berasal dari tabungan dan deposito, yang masing-masing menyumbang 64,09 persen dan 26,14 persen dari total DPK.
Perkembangan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non-Bank
Di sektor pasar modal, inklusi finansial menunjukkan kemajuan yang signifikan. Jumlah SID meningkat sebesar 15,54 persen (YoY), mencapai 415.459 pada Maret 2025. Instrumen reksadana tetap menjadi pilihan utama bagi banyak investor, dengan total 388.628 rekening. Pertumbuhan instrumen ini menunjukkan angka mencapai 13,42 persen, sementara Surat Berharga Negara (SBN) mengalami pertumbuhan 16,65 persen. Tak kalah menarik, saham, obligasi, dan sukuk korporasi juga melonjak sebesar 26,07 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Industri keuangan non-bank pun menunjukkan geliat yang positif. Nilai outstanding piutang dari perusahaan pembiayaan mencapai Rp7,01 triliun, naik 9,02 persen (YoY). Namun, kabar kurang baik muncul dari kenaikan rasio Non Performing Financing (NPF) gross menjadi 4,21 persen. Di sisi lain, piutang perusahaan modal ventura mengalami pertumbuhan lebih baik, yaitu naik 9,69 persen (YoY) menjadi Rp311,92 miliar, ditandai dengan perbaikan kualitas pembiayaan yang tercermin dari penurunan NPF gross dari 15,59 persen menjadi 4,30 persen.
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di wilayah OJK Kediri juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, dengan peningkatan aset sebesar 4,35 persen (YoY), mencapai Rp122,03 miliar. Pembiayaan oleh LKM juga mengalami kenaikan sebesar 2,99 persen (YoY) menjadi Rp80,59 miliar. Hingga bulan Maret 2025, terdapat 15 LKM aktif di wilayah ini, yang terdiri dari 11 LKM Konvensional dan 4 LKM Syariah (Bank Wakaf Mikro).