www.fokustempo.id – Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Pacitan dalam beberapa bulan terakhir telah memberikan dampak yang cukup serius terhadap musim tanam tembakau. Para petani harus menghadapi kenyataan pahit dengan mengulang proses penanaman hingga tiga kali karena lahan mereka terendam air dan tanaman yang rusak parah.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pacitan, Sugeng Santoso, hingga akhir Juni 2025, luas areal tanam tembakau baru mencapai 233 hektare. Hal ini jauh dari target tahunan yang ditetapkan sebesar 503 hektare, menunjukkan betapa besarnya tantangan yang dihadapi petani.
“Cuaca yang tidak mendukung dengan curah hujan yang tinggi telah mengakibatkan banyak areal tanam terendam,” jelas Sugeng dalam pernyataannya. Situasi ini memaksa petani menanam ulang hingga tiga kali, yang menambah beban ekonomi mereka.
Untuk mengatasi masalah tersebut, solusi sementara yang diterapkan adalah menunggu hingga lahan benar-benar kering sebelum melakukan penyulaman atau penanaman ulang. Di sisi lain, ada juga petani yang mempertimbangkan untuk berpindah ke lahan dataran tinggi yang lebih aman dari risiko genangan.
Pacitan memiliki potensi areal tanam tembakau yang sangat besar, mencapai 4.000 hektare. Namun, dengan cuaca yang tidak menentu dan ekstrem, memaksakan petani untuk berjuang lebih keras dalam memaksimalkan potensi tersebut.
Di sektor ekonomi, harga tembakau rajangan saat ini di pasaran berkisar antara Rp 20.000 hingga Rp 52.000 per kilogram, sementara tembakau daun basah berada di kisaran Rp 2.500 per kilogram. Angka ini menunjukkan dinamika yang menarik meskipun tantangan di lapangan sangat besar.
Dalam aspek kemitraan, para petani tembakau di Pacitan telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan. Untuk jenis tembakau virginia, kemitraan tersebut dilakukan dengan perusahaan di Ponorogo, sedangkan untuk jenis grompol, petani bermitra dengan perusahaan di Klaten. Namun, sebagian petani memilih untuk menjual hasil panen secara mandiri, menunjukkan ada pilihan lain dalam strategi pemasaran.
Pengaruh Cuaca Ekstrem terhadap Pertanian di Pacitan
Cuaca ekstrem, terutama hujan yang berlebihan, membawa dampak yang sangat signifikan pada sektor pertanian. Beberapa petani mengungkapkan kekhawatiran tentang masa depan tanaman mereka yang terancam rusak akibat genangan air yang berkepanjangan.
Ketidakpastian cuaca pun membuat petani lebih cemas dalam menentukan waktu tanam. Banyak di antara mereka yang menggantungkan harapan pada musim tanam ini untuk mendapatkan hasil yang baik, namun kondisi yang ada saat ini seolah merampas kesempatan tersebut.
Tindakan preventif yang dapat diambil oleh petani termasuk perbaikan drainase lahan dan penanaman varietas tembakau yang lebih tahan terhadap kondisi basah. Meskipun upaya ini membutuhkan investasi, namun diyakini dapat meningkatkan ketahanan petani ke depannya.
Pada saat yang sama, peran pemerintah daerah juga sangat penting dalam memberikan dukungan yang memadai. Pembinaan dan penyuluhan kepada petani agar lebih adaptif terhadap perubahan iklim seharusnya menjadi prioritas.
Oleh karena itu, koordinasi yang baik antara pemerintah dan petani dibutuhkan untuk menciptakan solusi jangka panjang menghadapi cuaca ekstrem. Pendidikan tentang teknik budidaya yang lebih ramah lingkungan pun menjadi kunci untuk pertanian yang berkelanjutan.
Strategi Adaptasi Petani Menghadapi Tantangan
Petani tembakau di Pacitan menyadari perlunya strategi adaptasi untuk menghadapi tantangan akibat cuaca yang tidak menentu. Salah satu cara yang mulai diterapkan adalah mengubah pola tanam agar lebih fleksibel.
Penggunaan teknologi, seperti alat pengukur kelembaban tanah, mulai dilirik sebagai solusi untuk membantu para petani dalam menentukan waktu tanam yang tepat. Ini merupakan langkah maju dalam meminimalisir kerugian akibat cuaca buruk.
Kami juga melihat adanya keinginan dari petani untuk berkolaborasi dengan ahli agronomi dalam mengembangkan varietas unggul yang lebih tahan terhadap perubahan iklim. Kerjasama ini diharapkan dapat menciptakan bibit tembakau yang tidak hanya berkualitas tetapi juga lebih adaptif.
Di dalam sejumlah diskusi komunitas pertanian, pertukaran informasi dan pengalaman telah mendorong petani untuk melibatkan diri dalam kelompok tani. Dalam kelompok tersebut, mereka saling membantu untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi secara lebih terorganisir.
Diharapkan dengan adanya perubahan dalam pendekatan ini, para petani tidak hanya dapat mempertahankan hasil pertanian mereka, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan sektor pertanian yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing.
Peluang dan Tantangan di Masa Depan untuk Tembakau Pacitan
Meskipun saat ini banyak tantangan yang dihadapi, ada peluang yang tersedia di tengah kesulitan tersebut. Dengan meningkatnya permintaan terhadap tembakau berkualitas, petani di Pacitan dapat memanfaatkan ini untuk meningkatkan profil produk mereka.
Selain itu, inovasi dalam proses produksi dapat memberikan nilai tambah yang lebih bagi produk tembakau dari Pacitan. Memperkenalkan metode pemrosesan yang lebih efisien dan ramah lingkungan bisa menjadi strategi yang menarik.
Pemerintah perlu menggulirkan program pelatihan bagi petani untuk meningkatkan keterampilan dalam budidaya dan teknik pemrosesan tembakau. Ini akan memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan standar industri.
Dengan dukungan riset dan pengembangan, petani dapat diberdayakan untuk mengeksplorasi peluang baru dalam mengembangkan jenis tembakau yang lebih berkelanjutan. Inovasi produk ini akan menjadi salah satu kunci untuk menghadapi persaingan global.
Kesimpulannya, meskipun cuaca ekstrem memberikan tantangan yang berat, dengan pendekatan yang tepat dan kolaborasi antara petani dan pemerintah, sektor tembakau Pacitan tetap memiliki harapan untuk berkembang dan beradaptasi dengan dinamika yang ada.