www.fokustempo.id – Ahli epidemiologi, Dr. Tifauzia Tyassuma, baru-baru ini memberikan tanggapan menarik terkait tawaran untuk menjadi dokter pribadi mantan Presiden Joko Widodo. Ia menekankan bahwa sebagai seorang medis, tidak ada alasan untuk menolak pasien yang membutuhkan bantuan, tidak peduli siapa mereka.
Dr. Tifa menjelaskan bahwa di mata dokter, setiap pasien adalah manusia yang berhak mendapatkan pertolongan. Dalam diskusinya, ia menyampaikan pandangannya bahwa sakit adalah kondisi universal yang dapat menimpa siapa saja, tanpa memandang status sosial atau jabatan.
“Sebagai dokter, tidak ada yang bisa dibenarkan jika menolak pasien,” ungkap Tifa. Pernyataan ini menunjukkan komitmennya yang mendalam terhadap profesinya, sekaligus mempertegas pentingnya sikap empati dalam dunia medis.
Perspektif Pribadi Seorang Dokter terhadap Mantan Presiden
Dalam pandangannya, Tifa tidak menilai Jokowi hanya sebagai mantan kepala negara, tetapi lebih sebagai individu yang tengah menghadapi tantangan kesehatan. Ini adalah perspektif yang menempatkan kemanusiaan di atas segalanya.
“Dia adalah seorang yang sedang sakit. Ketika membutuhkan pertolongan, menjadi kewajiban kita untuk memberi bantuan, bukan karena statusnya,” ujar Tifa. Ini mencerminkan sikap profesionalisme yang tinggi dalam memberikan perawatan medis.
Lebih lanjut, ia menunjukkan bahwa penyakit adalah hal yang dapat dialami oleh siapa saja, dan semua manusia berhak mendapatkan perawatan yang layak. Hal ini semakin mempertegas komitmennya pada etika medis.
Pentingnya Kepedulian dalam Dunia Kedokteran
Dr. Tifa juga mengungkapkan bahwa perhatiannya terhadap Jokowi tidak hanya sekadar profesional, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian yang tulus. Ini menunjukkan bahwa di balik jalur karier, ada nilai kemanusiaan yang kuat.
Pernyataan ini juga menunjukkan betapa pentingnya komunikasi antara dokter dan pasien. Keterbukaan dalam menyampaikan kondisi kesehatan sangat krusial dalam proses penyembuhan.
“Mantan presiden memiliki banyak tanggung jawab, namun ketika sakit, kita harus melihatnya sebagai manusia yang membutuhkan pertolongan,” tegasnya. Ini adalah pengingat bahwa dalam dunia medis, empati sangat diperlukan.
Reaksi Lingkungan dan Apresiasi terhadap Tindakan Tifauzia
Sebelumnya, Ketua Kagama Cirebon Raya, Heru Subagia, memberikan pengakuan positif terhadap tindakan Dr. Tifa yang menunjukkan kepedulian terhadap keadaan kesehatan mantan presiden. Heru berpendapat bahwa kepedulian yang ditunjukkan oleh Tifa sangat layak untuk diapresiasi.
“Saya menyarankan kepada Dr. Tifa untuk menjadi dokter pribadi bagi Pak Jokowi,” tambah Heru. Pandangan ini menegaskan bahwa profesi kedokteran memerlukan individu yang tidak hanya berkompeten, tetapi juga memiliki rasa empati yang tinggi.
Aksi Dr. Tifauzia menciptakan narasi baru mengenai hubungan dokter-pasien, yang sering kali dipengaruhi oleh dinamika sosial dan politik. Ini mendorong kita untuk merenungkan makna dari kepedulian dalam pelayanan kesehatan.