www.fokustempo.id – Kampung Adat Malasigi di Distrik Klayili, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, adalah simbol transformasi ekologis dan sosial bagi masyarakat adat di wilayah tersebut. Dengan inovasi energi matahari yang diterapkan, kampung ini menjadi contoh inspiratif bagaimana tradisi dan modernitas dapat berkolaborasi untuk kebaikan bersama.
Salah satu tokoh masyarakat, Menase Fami, mengingat momentum penting saat upacara adat yang menandai perubahan besar bagi kampungnya. Di lokasi yang dulunya dianggap sakral, kini terdapat panel solar yang membantu menerangi malam dan memberi harapan baru bagi masyarakat lokal.
Kampung ini menghindari dampak negatif dari modernisasi dengan menjaga ekosistem yang ada. Menase menyatakan bahwa tujuan utama mereka adalah mempertahankan keindahan alam Papua dan mencegah penebangan hutan untuk perkebunan sawit.
Kampung Adat Malasigi: Simbol Harmoni Manusia dan Alam
Hari ini, Kampung Adat Malasigi menonjol sebagai contoh ekowisata yang memadukan energi baru terbarukan. Dengan dukungan teknologi energi matahari, desa ini tidak hanya mempercantik pemandangan tetapi juga menjaga kelestarian alam. Masyarakat mampu mengeksplorasi potensi ekowisata dengan mempromosikan keanekaragaman hayati yang ada.
Cendrawasih, burung yang menjadi simbol Papua, dapat ditemukan di sekitar kampung. Dengan kehadiran lima jenis burung ini, masyarakat terdorong untuk melestarikan lingkungan mereka. Menase menekankan pentingnya melindungi habitat alami demi keberlangsungan spesies tersebut dan masyarakat mereka.
Hasil hutan non-kayu juga semakin diperhatikan. Masyarakat mulai produktif dengan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana, menghasilkan kerajinan tangan yang menarik dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi dapat bersinergi dengan pelestarian alam, bukan hanya mengeksploitasi sumber daya.
Energi Surya dan Masa Depan Berkelanjutan di Papua
Perusahaan energi tidak hanya mendukung dengan teknologi, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan. Program tanggung jawab sosial perusahaan dari Pertamina EP Papua bertujuan mendewasakan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya energi terbarukan. Dengan pendekatan ini, masyarakat diajak untuk berpikir kritis tentang pengelolaan sumber daya.
Dalam konteks ini, Manajer Comrel dan CID Regional Indonesia Timur menekankan komitmen perusahaan dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satu fokus utama adalah memberdayakan masyarakat lokal untuk meningkatkan kualitas hidup mereka tanpa merusak lingkungan.
Pencapaian Kampung Adat Malasigi juga diakui oleh lembaga resmi. Pada 2024, kampung tersebut meraih penghargaan sebagai Juara 1 Desa Wisata Rintisan dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia. Penghargaan ini membuat nama Kampung Adat Malasigi semakin dikenal, baik di dalam negeri maupun internasiona.
Warisan Budaya dan Lingkungan bagi Generasi Mendatang
Kampung Adat Malasigi merefleksikan semangat pelestarian budaya sambil merangkul modernitas. Masyarakat tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga pada warisan dan lingkungan untuk generasi mendatang. Ketika energi surya membangkitkan harapan baru, mereka berkomitmen untuk melestarikan tradisi yang telah ada selama berabad-abad.
Ketika malam tiba, cahaya panel surya menyinari desa. Ini bukan sekadar lampu yang menerangi rumah-rumah, tetapi juga simbol hari depan yang lebih baik. Masyarakat percaya bahwa dengan saling mendukung dan menjaga keseimbangan alam, mereka dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah.
Perjuangan dan keberhasilan Kampung Adat Malasigi menjadi inspirasi bagi banyak desa lain. Melalui kisah mereka, diharapkan akan terefleksi potensi komunitas di seluruh Papua untuk mengelola sumber daya dan lingkungan secara bijak. Dengan kolaborasi, harapan dan keberlanjutan dapat terwujud sebagai bagian dari identitas budaya local.