www.fokustempo.id – Sampang (beritajatim.com) – Cuaca yang tak menentu membuat sebagian petani di Desa Daleman, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, memilih untuk menunda penanaman tembakau. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani, terutama menjelang musim kemarau yang biasanya menjadi momen puncak untuk mengolah lahan. Mengetahui hal ini, mengapa para petani enggan mengambil risiko dan memilih untuk menunggu?
Data menunjukkan bahwa siklus cuaca yang tidak dapat diprediksi telah mempengaruhi produktivitas pertanian di berbagai daerah. Di Desa Daleman, hal ini sangat terasa karena tembakau merupakan tanaman unggulan. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana petani dapat mengelola ketidakpastian cuaca ini dan tetap beradaptasi untuk meningkatkan pendapatan mereka?
Strategi Petani Menghadapi Cuaca Tak Menentu
Petani seperti Damhuji mulai menyadari bahwa untuk bertahan dalam kondisi yang tak menentu, mereka harus berinovasi. Meskipun menunda penanaman, banyak di antara mereka yang tetap melakukan aktivitas lain, seperti membuat widik—rak bambu untuk mengeringkan tembakau pascapanen. Aktivitas ini memberi mereka celah untuk tetap produktif meskipun tidak menanam langsung.
Penting untuk dicatat bahwa widik yang sudah jadi bisa dijual kepada petani lain yang lebih dulu memulai musim tanam. Dalam konteks ini, harga satu widik mencapai Rp 40 ribu hingga Rp 45 ribu. Ini menjadi sumber penghasilan tambahan yang signifikan bagi petani. Penjualan widik memungkinkan mereka untuk tetap berputar dalam ranah ekonomi meski dengan menunda penanaman.
Taktik untuk Meningkatkan Pendapatan Pertanian
Selain penjualan widik, petani di wilayah ini juga dihadapkan pada tantangan untuk menemukan cara baru dalam bertani. Mereka bisa berkolaborasi dengan instansi terkait untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang prakiraan cuaca dan teknik pertanian yang adaptif terhadap perubahan cuaca. Melalui pelatihan dan penyuluhan, petani dapat belajar cara mengelola lahan secara lebih efisien, menggunakan teknologi baru, dan memahami tren iklim yang terjadi.
Zaman saat ini memerlukan pendekatan holistik dalam mengelola pertanian, utamanya dalam menghadapi cuaca ekstrem. Petani diarahkan untuk berfokus pada keberlanjutan, agar mereka tidak hanya mendapatkan hasil yang maksimal dari tanaman tembakau, tetapi juga menjaga kelangsungan usaha mereka di masa depan. Ini merupakan sebuah langkah penting dalam menghadapi tantangan yang ada.
Kondisi cuaca yang diharapkan segera membaik menjadi harapan bersama para petani. Musim tanam tembakau yang optimal adalah kunci untuk peningkatan pendapatan mereka. Dengan manajemen yang baik dan pengetahuan yang tepat, mereka bisa meraih hasil maksimal dari komoditas utama ini.